Tak bisa Diwakilkan, Lansia Lumpuh Digotong Warga di Makassar Demi Ambil Sembako

Kondisi Wahbah (85) setelah kembali ke rumah usai dibawa ke kantor kelurahan untuk mengambil bantuan sembako pemerintah, didampingi oleh anggota keluarganya. (Dok/RakyatSulsel)

Makassar, Lontara TodayKisah pilu dialami seorang perempuan lanjut usia (lansia) di Kota Makassar. Dari dalam lorong sempit, lansia tersebut terpaksa digotong warga di tengah rintik hujan hanya demi mendapatkan bantuan sembako pemerintah yang seharusnya menjadi haknya.

Peristiwa ini viral di media sosial dan menuai beragam komentar keprihatinan dari warganet. Dalam video yang beredar, tampak tubuh renta seorang nenek digotong ramai-ramai oleh warga, lalu dibaringkan di atas bentor meski hujan mengguyur kawasan tersebut.

Lansia tersebut diketahui bernama Wahbah (85), warga Jalan Inspeksi Kanal Monginsidi Baru, Kelurahan Maricaya Baru, Kecamatan Makassar, Kota Makassar. Wahbah disebut sudah tidak mampu berjalan dan baru saja menjalani perawatan medis.

Namun demikian, Wahbah tetap diwajibkan datang langsung ke kantor kelurahan setempat untuk mengambil bantuan sembako berupa beras dan minyak goreng. Bantuan tersebut tidak dapat diwakilkan oleh keluarga, meskipun kondisi Wahbah sudah tidak memungkinkan untuk berjalan sendiri.

Menantu Wahbah, Emmi (65), mengungkapkan bahwa keluarga dan warga sekitar telah berulang kali mencoba mengambil bantuan tersebut dengan membawa KTP Wahbah. Namun upaya itu selalu berujung penolakan dari pihak kelurahan.

“Sudah berapa kali adik saya, tetangga, warga di sini sudah bawa KTP-nya (Wahbah) tapi ditolak. Alasannya tidak bisa diwakilkan katanya ambil sembako,” kata Emmi, dikutip dari RakyatSulsel.

Emmi juga mengaku sempat datang langsung ke kantor kelurahan untuk mengambil bantuan tersebut. Namun, jawaban yang diterima tetap sama.

“Terus saya tanya apakah bisa diwakilkan karena tetangganya mamakku sudah datang tidak dikasih, padahal sudah bawa KTP. Dia bilang harus yang bersangkutan langsung (Wahbah), saya bilang yang bersangkutan baru keluar rumah sakit, sudah tidak bisa jalan,” ujarnya.

Meski kondisi Wahbah telah dijelaskan, petugas kelurahan disebut tetap bersikeras tidak menyerahkan bantuan tersebut. Bahkan, menurut Emmi, pihak kelurahan justru mempertanyakan dokumen kartu keluarga milik Wahbah.

“Katanya KK-nya bermasalah, padahal ini bukan soal tidak bisa beli beras, tapi ini haknya orang tua. Kenapa orang tua yang sudah tidak mampu jalan disuruh datang (ke kantor kelurahan),” kata Emmi.

Pasrah dengan kondisi tersebut, warga sekitar akhirnya berinisiatif turun tangan. Demi alasan kemanusiaan, mereka secara bergotong royong mengangkat Wahbah keluar dari rumahnya dan membawanya menuju kantor kelurahan menggunakan bentor.

“Warga di sini inisiatif mi karena melihat orang-orang kelurahan ini tidak beres. Mereka kompak bawa mama naik bentor,” ujarnya.

Peristiwa ini kembali memantik perhatian publik terkait mekanisme penyaluran bantuan sosial, khususnya bagi lansia dan kelompok rentan, agar ke depan lebih mengedepankan sisi kemanusiaan tanpa mengabaikan aturan administrasi.

Lebih baru Lebih lama