![]() |
| Foto Parkir Liar di Terowongan Mall Panakukang (dok/rastranews) |
Makassar, Lontara Today - Semrawutnya parkir di kawasan Terowongan Mal Panakkukang (MP), Kota Makassar, kembali menuai sorotan. Direktur Utama PD Parkir Makassar Raya, Adi Rasyid Ali, secara terbuka mengeluhkan kondisi tersebut dan menyebut adanya pihak berpengaruh yang diduga menjadi pengendali parkir liar di lokasi itu.
Hal tersebut disampaikan Adi Rasyid Ali saat coffee morning bersama awak media di Makassar, Senin (29/12) pagi. Ia mengaku hingga kini penertiban parkir di kawasan terowongan Mal Panakkukang sulit dilakukan karena adanya “orang besar” yang membekingi aktivitas parkir liar.
“Ada orang besar di balik parkir liar di terowongan Mal Panakkukang. Tidak ada yang berani tertibkan itu,” keluh Adi dilansir dari rastranews.
Mantan anggota DPRD Kota Makassar selama tiga periode itu bahkan menantang media untuk ikut mengungkap siapa sosok yang mengendalikan parkir liar di kawasan tersebut. Menurutnya, praktik parkir ilegal itu terorganisir dan memiliki backing yang kuat.
“Saya tantang media ungkap pengendali parkir di lokasi tersebut. Bukan saya cuci tangan, tapi begitulah keadaannya,” tegas Adi.
Saat rekan-rekan media meminta Adi menyebutkan nama pihak yang dimaksud, ia justru meminta agar media melakukan penelusuran sendiri. Ia menegaskan bahwa para juru parkir liar di sekitar Mal Panakkukang tidak bekerja sendiri, melainkan diorganisir oleh pihak yang memiliki pengaruh.
“Saya harap media membantu PD Parkir untuk mengungkap pelaku yang membekingi parkir di wilayah Panakkukang,” harapnya.
Selain menyoroti parkir liar di kawasan Mal Panakkukang, Adi juga menyinggung tudingan yang menyeret namanya terkait pengakuan oknum parkir liar di Jalan Pengayoman, tepatnya di depan Toko Alaska. Ia mengaku geram karena disebut menerima setoran dari parkir liar.
“Saya diserang gara-gara pengakuan oknum parkir liar di depan Alaska yang menyebut saya terima uang. Saya sempat marah karena nama saya diseret,” ujarnya.
Adi dengan tegas membantah tudingan tersebut. Ia menegaskan tidak pernah menerima uang dari praktik parkir liar dan menyebut tudingan itu sebagai upaya untuk menjatuhkan dirinya.
“Bukan sombong, saya punya uang Rp10 miliar. Bukan gaya saya malak orang, apalagi rakyat kecil. Masalah receh begini malah saya diseret-seret. Saya tahu siapa orangnya yang mau menjatuhkan saya,” tegasnya.
Adi berharap persoalan parkir liar di Makassar, khususnya di kawasan strategis seperti Mal Panakkukang, dapat ditangani secara serius dengan dukungan semua pihak, termasuk media, demi menciptakan ketertiban dan kenyamanan masyarakat.
